Minggu, 27 Februari 2011 - 0 komentar

ngukur dalan --aa

ngukur jalan bareng temen2 seruu banget,
dari malang sampai ke batu,
lewat jalan tembusan, digodain orang dan hampir nyasar --

sampai pada waktu kita di panderman hill dan naik ke atas dan hal terburuk dari itu semua adalah motornya nggak kuat naik,
ya Allah
nightmare puolll ..
uda gitu gigi motor susah banget nge-nol-in.nya, jalan juga naik banget dan sangat menyeramkan dan andaikata ajaaa.....
masya allah, naudzubillah jangan sampai terjadi ..
hiiiiiih :'( naudzubillah
untung aja temen2 cpt dateng dan melihat penderitaan kita yaitu dorong motoor,
masaya allah, itu lebih baik daripada kita jatuh kebawah dan nggak bisa selamat hiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiy ngeriiiiii

untung aja pemandangan diatas sangat-tidak-mengecewakan-sekali jadi paling nggak rasa takut kita terobati dengan berfoto-foto ria dan bergurau bersama,
makan bakso setelah itu juga menjadikan udara dingin dan hujan yang melanda kota batu menjadi sedikit hangatn dan time to go homee :))

aku bersyukur masih bisa blogging disini dalam keadaan sehat wal afiat dan nggak kurang satu apapun :)
Jumat, 25 Februari 2011 - 0 komentar

badbadbad

masya allah ..
nggak bisakah nilai IPA.ku naiik gitu ??
kenapa nilai IPA.ku slalu ajaa jelek,
aku nggak kenapa-kenapa kook sama IPA aku suka2 aja belajar IPA,
aku juga happy-haapy aja tiap nerima pelajaran IPA tapi kenapa tuh nilai nggak bisa naik siih ?
what's wrong with me ?
aku nggak pernah ngehindar dari pelajaran IPA kok,
aku juga nggak 'ndredek' tiap megng TO IPA
aku biasa ajaa,,
tapi kenapa nilainya gitu ??
kenapa nilai IPA.ku nggak bisa kayak nilai MAT ??
--aa
Kamis, 24 Februari 2011 - 0 komentar
Be My Fairy (Amelia, 2010)

Judul : Be My Fairy

Pengarang : Amelia

Tahun Terbit : 2010

Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama

Jumlah halaman: 216 hal.

Desain sampul : Marcel A.W.
PoV: Orang ketiga serba tahu
Sebelumnya, saya minta maaf karena update yang sedikit terlambat dikarenakan ada masalah pribadi suatu hal yang tak terduga.   Saya sebenarnya berencana untuk "melaporkan" hasil review saya terhadap buku ini pada bulan Juli,  tapi karena hal tersebut, saya harus menundanya.
Apa alasan saya memilih buku ini untuk di-review? Sampul belakang—tentu saja—berkontribusi pada pilihan saya. Sinopsis bagian inlah yang telah menarik saya untuk membawa buku ini ke kasir toko buku:
"Kata orang, setiap manusia dikaruniai satu sayap di belakang tubuhnya. Laki-laki di sebelah kanan, dan perempuan di sebelah kiri...."
Cukup puitis, kan? Tapi kita akan membahas itu nanti, karena seperti biasa, kita akan mulai dengan garis besar cerita novel ini. Oke, here we go....

Cerita
Cerita dalam novel ini berfokus pada seorang cewek bernama Fairy yang biasa dipanggil Fey. Fey ini—seperti halnya karakter umum pada teenlit—memendam keinginan untuk jatuh cinta. Hal itu muncul saat Fey menyadari kalau kedua kakaknya sudah memiliki kekasih masing-masing. Nah, pada suatu ketika, seorang cowok bernama David pindah ke sekolahan Fey. Ternyata, David pernah satu SD dengan Fey, dan, ya, ia pernah naksir Fey. Fey sendiri sebenarnya tidak terlalu menggemari David, meskipun hal itu bukan berarti ia menolak David. 
Cerita tentu tidak berhenti sampai di situ saja. Beberapa minggu kemudian, sekolah Fey kedatangan murid baru lagi; Kevin yang merupakan sepupu David. Kevin sendiri mengaku diam-diam menaruh hati pada Fey. 
Kini, Fey harus memilih antara Kevin dan David untuk dijadikan "pasangan sayapnya".

Karakter
Fey (Fairy). Cewek, enam belas tahun. Penyuka warna pink ini sebenarnya ingin sekali merasakan yang namanya jatuh cinta.  Ia bahkan menjadi pendengar setia sebuah acara radio berjudul Forever Love yang khusus membahas tentang cinta. Ia sempat merasakan indahnya cinta bersama dengan Kevin, meskipun pada akhirnya, hatinya harus terluka saat menyadari kehadiran orang ketiga.
Kevin. Ketua sebuah grup breakdance bernama Saint  sekaligus merupakan sepupu David.  Kevin pernah menyatakan cintanya kepada seorang gadis bernama Vita. Ia tidak pernah memperoleh jawaban dari pernyataan itu karena Vita pergi ke luar negeri, dan sebagai gantinya, ia menemukan sosok baru yang telah berhasil membuat hatinya tertaut: Fey.
David.   Teman masa kecil Fey ini menyimpan perasaan suka terhadap Fey, dan perasaan itu tidak berubah hingga ia SMA. Saat menyadari bahwa Kevin ternyata juga "mengincar" Fey, ia lantas memilih untuk mundur dengan satu syarat: ia tidak akan tinggal diam apabila Kevin melukai Fey.
Vita. Cewek yang pernah ditembak David ini pindah ke Australia dua tahun lalu, dan saat ia kembali ke Indonesia sekarang, ia nampaknya tidak sadar jika telah menjadi penyebab keretakan hubungan Fey dan Kevin.
Karen dan Jenny. Keduanya adalah sahabat Fey. Karen menaruh rasa suka terhadap David, meskipun ia sedikit cemburu juga karena David seringkali terlihat lebih memperhatikan Fey.
Sky dan Angel. Kakak-kakak Fey. Sky adalah cowok, sementara Angel cewek.  Keduanya sudah memiliki pacar, dan seringkali menjadi tempat curhat Fey terkait masalah cinta.

Pembahasan
Ada banyak kritik yang hendak saya sampaikan terhadap buku ini, tapi pertama-tama, mari kita mulai dari sampulnya.  Jujur saja, saya jarang mengomentari sampul depan, tapi saat melihat buku ini, ada satu hal yang tercetus di benak saya.  Maksudnya begini: bukankah judul bukunya adalah Be My Fairy? Lantas kenapa tidak ada ilustrasi fairy di situ? Sepertinya, pihak designer harus mempertimbangkan judul saat hendak membuat desain sampul.
Kemudian,  pemilihan nama. Saya tahu kalau saya berkali-kali berkata nama adalah hak prerogatif pengarang, tapi tak ada salahnya kalau saya mengomentarinya, kan? Pilihan nama karakter yang disesuaikan dengan judul sepertinya kok terkesan "ganjil" ya? Seperti FTV saja. Meskipun begitu, saya tidak hendak berbicara mengenai nama Fairy, tapi saya lebih menekankan pada nama David dan Kevin. I mean, keduanya adalah nama yang sangat umum dan mirip (huruf "v"-nya itu, loh), sehingga saya harus berulang kali mengecek mana yang sebenarnya menjadi pacar Fey sebelum ahirnya lama-kelamaan saya berhasil mengingatnya.
Lantas, plothole. Saya mendeteksi ada tiga plothole di sini. Yang pertama halaman 35:
"Oke, gue emang tertarik sama Fairy. Alasan kedua gue pindah ke sini juga biar gue bisa ketemu dia setiap hari..."
Kemudian halaman 91:
"... Nggak tahu, Sky. Aku cuma ingin ketemu dia. It's that alright?"
Kemudian halaman 101:
"Nggak tau kenapa, waktu aku baca SMS kamu, aku sempet berpikir kamu pasti cewek asyik dan unik. Nggak tahu kenapa...iseng nyimpen nomor HP kamu..."

Logika dari ketiga kalimat ini bisa dikatakan lumayan lemah. Bagaimana bisa Kevin meninggalkan sekolah lamanya cuma semata karena Fey (meskipun tidak menutup kemungkinan seperti itu)? Kemudian, bagaimana bisa Fey tiba-tiba ingin ketemu Kevin, dan bagaimana bisa Kevin tiba-tiba merasa ingin menyimpan nomor itu? Sebenarnya sih, dalam kehidupan nyata, semuanya bisa terjadi, tapi ada baiknya jika dijelaskan alasannya.
Di samping itu, halaman 55 sepertinya agak sedikit "mengganjal". Saya katakan mengganjal karena agak risi saja melihat satu halaman dipenuhi dengan monolog sang pembawa acara Forever Love, DJ Stey. Hal yang minor dan mungkin subjektif, tapi akan lebih baik kalau diselingi sedikit narasi.
Di samping kesemua kritik kecil di atas, ada sebuah hal besar yang mengganggu pikiran saya: penggunaan sudut pandang orang ketiga serba tahu yang kurang matang. Saya merasa keputusan Amelia untuk menggunakan sudut pandang jenis  itu tidaklah dieksekusi dengan baik. Akibatnya, alur jadi terlihat melompat-lompat dan tidak fokus. Bahkan bisa dikatakan bahwa transisi antarsudutpandang tidak begitu kentara sehingga berpotensi membuat bingung pembaca. Ada juga kelemahan lain; sudut pandang dari karakter sampingan macam  Karen (dan diary-nya) atau Sky tampaknya justru mengganggu jalannya cerita. 
Kritik terakhir adalah penggunaan petikan lagu. Petikan-petikan itu terlihat berceceran di mana-mana sehingga justru acapkali—meskipun tidak selalu—menjadi sebuah interupsi.
Kemudian,  tidak adil, dong, kalau saya berbicara mengenai kelemahan buku ini tapi tidak menunjukkan kebaikannya? Yang pertama adalah pengetahuan Amelia yang cukup baik terhadap breakdance.  Meskipun tidak begitu detail, tapi hal itu bisa menjadi poin plus.
Kedua, cara penembakkan yang kreatif. Saya menemukan tiga adegan penembakkan di sini, dan dua di antaranya, harus saya akui, menakjubkan. Saat Kevin menembak Fey dengan mawar pink dan David menembak Karen dengan mawar putih dan bunga matahari...hm, meskipun klise, tapi cukup menyenangkan untuk dibaca, kok.
Kemudian, kemampuan lebih pengarang dalam bertutur. Saya kagum pada kepiawaian Amelia merangkai kata untuk menunjukkan apa yang tengah dirasakan karakter utama dengan cara menghubungkannya dengan sayap seperti yang dituliskan di sampul belakang (hal. 28, 98, 214). Meskipun penjabaran mengenai satu sayap untuk lelaki dan satu untuk perempuan itu sebenarnya bisa digunakan lebih banyak, tapi itu cukup, kok! Di samping itu, saya suka bagaimana pengarang membuka beberapa bab dan menutup cerita (maksudku di sini adalah bab 16). Pembukaan di Bab 13 (hal. 159) menjadi favorit saya.
Terakhir, saya suka bagaimana cara Fey memutuskan Kevin (hal. 152). Tidak secara langsung, tapi justru itulah yang menjadi kelebihannya.
Oh, ya, saya juga ingin sedikit menomentari tentang ending. Bab terakhir buku ini tidak dilihat dari sudut pandang karakter utama (Fey), melainkan dari karakter lain. Berita buruknya adalah hal ini justru "merusak" suasana yang sudah dibangun di bab sebelumnya (bab 16). Saya tidak menganganggap bab terakhir ini terpisah dari bab sebelumnya karena berupa "bab" (dan bukannya epilog), jadi seharusnya, bab terakhir ini  menjadi pamungkas kisah Fairy. Berita baiknya adalah pengarang membuka kesempatan untuk membuat kisah lain dengan salah satu karakter dari novel ini. Kita tunggu saja, ya.
Penilaian? Secara keseluruhan, novel ini sebenarnya tidak buruk, cenderung bagus malah. Alurnya memang sedikit terdistraksi sebagai efek dari sudut pandang, tapi apabila dilihat secara utuh, oke, kok. Konfliknya lumayan meskipun sedikit klise. Lebih-lebih gaya bahasanya, not bad at all di beberapa tempat. Kalau kamu suka cerita dengan konflik berupa cinta segitiga, maka buku ini mungkin bisa kamu coba untuk nikmati.

"dikutip dari http://teenlitscope.blogspot.com/"
Jumat, 18 Februari 2011 - 0 komentar
Judul :Kupu-Kupu Salju
Pengarang : Felice Cahyadi (situs pribadi pengarang)
Tahun terbit: 2010
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Jumlah halaman: 245 hal.
Desain sampul: Dianing Ratri
PoV: Orang ketiga serba tahu

Hua...akhirnya setelah lama nggak ngepos review, saya berkesempatan juga untuk menulis ulasan di TeenlitScope! Alasan saya mengulas novel ini ada dua: pertama, tentu saja karena novel ini tergolong baru, dan kedua, saya suka desain sampulnya yang simpel dan ringan. Novel ini sendiri dikarang oleh Felice Cahyadi, yang dalam ucapan terima kasih tak lebih dari satu halamannya berkata bahwa novel ini bermula dari fanfic (yappari...). Oke, mari kita mulai saja pembahasannya!
Sinopsis
Kupu-Kupu Salju bercerita mengenai seorang cewek bernama Alice, yang dikisahkan berpindah sekolah ke sebuah sekolah elite bernama San Cristoforo School (SCS). Di sekolahnya yang baru itu, terdapat lima orang cowok yang dikenal Sebagai "pangeran SCS" yakni Juno, Mickey, Maxx, Nero, dan Xian. Mickey sendiri ternyata merupakan kawan baik Obet—kakak Alice—dan pernah bertemu Alice di sebuah pesta pembukaan sebuah restoran yoghurt pada awal cerita. Sedangkan untuk Juno, cowok ini pernah menolongnya saat ia hampir saja tertabrak sebuah truk saat baru masuk sekolah.
Pertemuan itu—seperti yang tertulis di back cover—berkembang menjadi suatu hubungan yang unik. Hal ini disebabkan Mickey mulai menaruh rasa pada Alice, sementara di sisi lain, Juno tampaknya juga condong ke arah yang sama. Alice sendiri merasa nyaman saat bersama mereka berdua, dan selalu merasakan sesuatu yang "tidak biasa" saat beinteraksi dengan keduanya. Namun, interaksi mereka tidak selalu berjalan mulus. Hadirnya Kiev—musuh bebuyutan Mickey c.s.—dan Seva—pacar Juno yang kelewat posesif—turut menyumbang pada dinamika konflik.
Suatu saat, Mickey nembak Alice, tapi Alice dengan sopan menolak karena ia masih menantikan cinta pertamanya yang bernama Remy untuk memberikan sebuah kunci pada buku harian yang cowok itu janjikan kepadanya di saat ulang tahunnya. Meski hingga kini cowok itu juga tak kunjung datang, Alice berkata bahwa ia masih dengan setia menunggu. Akankah Alice tetap menanti Remy? Atau mungkin ia justru akan jatuh kepada salah satu dari dua pangeran itu?
Karakter
Alice (Vincentia Alice Artedja). Cewek manis ini baru saja dipindahkan dari Malang ke Jakarta, dan hendak bersekolah di San Cristoforo School, sekolah terbaik seibu kota. Ia termasuk tipe cewek supel, terlihat sedikit airhead, dan juga happy-go-lucky. Alice sendiri digambarkan sebagai karakter yang sering menjadi korban keadaan, yang mana ia sering terlibat dalam konflik atau membuat konflik akibat disalahsangkai oleh banyak orang (terutama terkait hubungannya dengan Juno). Ia juga diceritakan memiliki kerja sambilan mengajar privat gadis kecil bernama Janice, yang kebetulan juga merupakan adik dari Juno.
Mickey (Michael Y. Chendra). Putra sulung pemilik C Entertaimnent ini memiliki wajah dan gerak-gerik yang menarik, yang membuatnya digemari oleh banyak orang (meski di sisi lain, kemampuan akademuisnya pas-pasan). Ia tipe yang membiarkan semua mengalir dan menikmati hidup. Mickey bertemu dengan Alice untuk pertama kalinya di pembukaan Go Yoghurt!, dan sejak saat itu, ia menaruh perhatian lebih kepada Alice.
Juno (Juventio Wirjadinata). Cowok yang merupakan cucu dari pengusaha terkenal pendiri dan pemilik Wirjadinata Group. Ia sebenarnya merupakan sosok yang ceria, tetapi diceritakan bahwa Juno menjauhi Alice karena ada sesuatu yang membuatnya resah saat ia berhadapan dengan cewek itu. Cowok ini sendiri pernah beberapa kali pindah negara (pertama di Korea, dan terakhir Indonesia), dan dikatakan “tidak dapat mengingat sebagian masa kecilnya” dan “memimpikan sesuatu yang spesifik” sehingga membuat dirinya terganggu.
Maxx (Maxximilian Daniel). Cowok termuda di antara para pangeran SFS lain (usianya baru sekitar lima belas tahun), dan juga merupakan yang paling pintar. Maxx memiliki karakteristik lugu dan patuh pada peraturan, di mana ia menentang habis-habisan segala tindakan melanggar peraturan seperti membolos.
Xian (Xian Kristian). Pangeran SFS yang merupakan penyanyi terkenal yang kariernya sedang gemilang. Ia juga sekaligus wakil klub sepak bola di sekolah dan andalan klub itu.
Nero (Nero Wijaya). Cowok pangeran SFS terakhir yang digambarkan memiliki wajah manis, kulit putih, dan suara mengalun (atau menurut pengarang, tipikal khas bishounen). Ia juga pintar memasak.
Seva (Sevanna Latif). Cewek kaya nan manja ini merupakan pacar Juno. Mereka sudah dijodohkan sejak kecil oleh keluarga masing-masing, dan ia yakin betul kalau suatu saat akan menikah dengan cowok itu. Itu sebabnya ia menjadi cemburu apabila ada cewek lain yang berinteraksi dengan mesra denga Juno.
Kiev. Musuh besar Mickey dkk. selalu mencari gara-gara dengannya. Dikeluarkan dari sekolah gara-gara ketahuan mengedarkan narkoba, dan menjadi benci dengan kelompok Mickey karena merekalah yang mengadukan dirinya.
Ivanna, Tobey, dan Freddie. Rekan-rekan Alice dalam kelompok piket, yang di kemudian hari menjadi sahabat karibnya.
Joseph, Teresa, dan Janice Wirjadinata. Ayah, ibu, dan adik dari Juno. Teresa memiliki darah Korea, dan merupakan tipikal ibu rumah tangga/istri konglomerat yang ramah. Si kecil Janice yang baru duduk di kelas 2 SD, diajar privat oleh Alice, sehingga Juno jadi sering bertemu cewek itu.
Pembahasan
Satu hal yang jelas kentara: this writer seems admire her artificial school so much. Saya mengatakan hal itu karena Felice mendeskripsikan SCS dan berbagai elemen pelengkapnya (seperti seragam) sebanyak tiga kali di tiga tempat berbeda, di mana setiap penjabaran isinya tidak terlalu berbeda. Sebenarnya, deskripsi SCS yang disuguhkan Felice sendiri cukup bagus, mendetail, dan—terutama—kreatif, sehingga saya cukup enjoy membacanya, hanya saja deskripsi itu terlalu berlebihan sehingga justru menjadi terasa aneh.
Komentar kedua saya tentang Kupu-Kupu Salju adalah karakternya. Saya menduga bahwa Felice pertama kali menulis cerita ini dengan menggunakan nama-nama Korea (secara, ini kan dimulai dari fanfic), yang kemudian diganti nama Indonesia dan disesuaikan dengan setting lokal. Jujur saja, tipikal karakter K-drama-nya sangat kental di sini. Meskipun begitu, sebagaimana salah satu aturan kepengarangan tentang karakter (yakni “Pengarang bebas membuat nama dan menciptakan atau menghilangkan karakternya sebagaimana diperlukan”), maka dalam pandangan saya sah-sah saja Felice membuat karakter-karakter semacam itu.
Pengembangan masing-masing karakter yang Felice coba bangun juga terlihat kurang kuat. Mungkin ini ada kaitannya dengan sudut pandang orang ketiga serba tahu yang ia gunakan, di mana dalam novel ini, sudut pandang terlalu sering berpindah (“meloncat”) di antara Alice-Mickey-Juno. Saya bahkan sempat bertanya-tanya siapa sebenarnya karakter asli dari novel ini. Akibatnya, ketiga karakter itu jadi terasa tidak fully developed—bisa dibilang agak mengambang. Karakter lain yang dikenalkan oleh Felice (karakter pendamping) juga sepertinya terlalu banyak sehingga menjadi mubazir. Tiga pangeran SCS yang lain masih lumayan memiliki peran, tapi sahabat-sahabat Alice seperti Ivanna, Tobey, dan Freddie hanya muncul sekilas. Bahkan Obet juga muncul sambil lalu.
Kemudian, resolusi. Hingga mencapai bagian terakhir, beberapa konflik masih belum terselesaikan, dan penyelesaian konflik itu sendiri dilakukan secara betubi-tubi di bagian akhir. Metode ini sering digunakan dalam film dengan sudut pandang orang pertama (biasanya berupa narasi-dialog) atau kalau menggunakan sudut pandang orang ketiga, biasanya berupa tulisan dan lebih sering muncul pada film-film berdasar kisah nyata saja. Tergantung bagaimana penggunaannya, metode ini dapat baik atau buruk, tapi dalam pandangan saya menjejalkan resolusi di bagian akhir bukan langkah yang bijak karena akan berujung pada telling besar-besaran.
Terakhir, ending. Pertanyaan novel ini adalah “Apakah Alice akan mendapatkan Remy-nya kembali?”, tapi hal itu justru jarang sekali dibahas dalam Kupu-Kupu Salju. Alih-alih, fokus cerita lebih ditekankan pada tarik ulur perasaan Alice kepada Juno dan Mickey dan pengembangan relationship keduanya, kecemburuan Seva pada Alice, perseteruan dengan Kiev, dan juga kecemburuan Mickey pada Juno. Remy sendiri baru disinggung di pertengahan cerita (bayangkan, di halaman 150!)—suatu langkah yang kurang tepat kalau Felice hendak menjadikan hal ini sebagai background cerita. Untungnya, Kupu-Kupu Salju menggunakan arc yang sedikit berbeda dengan cerita kebanyakan sehingga berujung pada ending yang lumayan "berbeda", meski sudah dapat teraba ketika cerita mulai memasuki babak akhir.
Apresiasi saya terhadap novel ini adalah Felice dapat membangun suasana deg-degan dengan bagus sehingga dapat dinikmati. Favorit saya ada di halaman 116, 139, dan 148. Di sisi lain, saya juga menyaluti adegan bermain biliar halaman 73-78 , di mana dialog dan perilaku karakter utamanya terlihat saling melengkapi.
Di samping itu, tentu saja, frasa, kata, dan istilah Korea yang ditampilkan di sni menjadi nilai plus novel ini. Mungkin itu merupakan ungkapan yang tidak terlalu sulit bagi pecinta SNSD, SuJu, Shinee, dan TVXQ, tapi tetap saja hal itu dapat memberikan tambahan informasi. Langkah yang bagus.
Terakhir, adegan Tenda Ramalan–dan ramalannya, tentu saja—juga menjadi adegan yang lumayan menarik. Apalagi ramalan itu ternyata juga disinggung lagi di bagian akhir, yang membuatnya semakin oke.

Kamis, 17 Februari 2011 - 0 komentar

MY SECOND BLOG --aa

Masya Allah .. Akhirnya jadi juga blog ke-2 ini setelah blog pertama tidak bisa dipakai karena kesalahan saya .. hehe :D
Tapi Alhamdulillah Allah memberil=kan kelancaran untuk saya membuat blog ke-2 ini dengan cara Speedy.nya nggak macet, wkwkw XD

:))