Judul : Be My Fairy
Pengarang : Amelia
Tahun Terbit : 2010
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Jumlah halaman: 216 hal.
Desain sampul : Marcel A.W.
PoV: Orang ketiga serba tahu
Sebelumnya, saya minta maaf karena update yang sedikit terlambat dikarenakan ada masalah pribadi suatu hal yang tak terduga. Saya sebenarnya berencana untuk "melaporkan" hasil review saya terhadap buku ini pada bulan Juli, tapi karena hal tersebut, saya harus menundanya.
Apa alasan saya memilih buku ini untuk di-review? Sampul belakang—tentu saja—berkontribusi pada pilihan saya. Sinopsis bagian inlah yang telah menarik saya untuk membawa buku ini ke kasir toko buku:
"Kata orang, setiap manusia dikaruniai satu sayap di belakang tubuhnya. Laki-laki di sebelah kanan, dan perempuan di sebelah kiri...."
Cukup puitis, kan? Tapi kita akan membahas itu nanti, karena seperti biasa, kita akan mulai dengan garis besar cerita novel ini. Oke, here we go....
Cerita
Cerita dalam novel ini berfokus pada seorang cewek bernama Fairy yang biasa dipanggil Fey. Fey ini—seperti halnya karakter umum pada teenlit—memendam keinginan untuk jatuh cinta. Hal itu muncul saat Fey menyadari kalau kedua kakaknya sudah memiliki kekasih masing-masing. Nah, pada suatu ketika, seorang cowok bernama David pindah ke sekolahan Fey. Ternyata, David pernah satu SD dengan Fey, dan, ya, ia pernah naksir Fey. Fey sendiri sebenarnya tidak terlalu menggemari David, meskipun hal itu bukan berarti ia menolak David.
Cerita tentu tidak berhenti sampai di situ saja. Beberapa minggu kemudian, sekolah Fey kedatangan murid baru lagi; Kevin yang merupakan sepupu David. Kevin sendiri mengaku diam-diam menaruh hati pada Fey.
Kini, Fey harus memilih antara Kevin dan David untuk dijadikan "pasangan sayapnya".
Karakter
Fey (Fairy). Cewek, enam belas tahun. Penyuka warna pink ini sebenarnya ingin sekali merasakan yang namanya jatuh cinta. Ia bahkan menjadi pendengar setia sebuah acara radio berjudul Forever Love yang khusus membahas tentang cinta. Ia sempat merasakan indahnya cinta bersama dengan Kevin, meskipun pada akhirnya, hatinya harus terluka saat menyadari kehadiran orang ketiga.
Kevin. Ketua sebuah grup breakdance bernama Saint sekaligus merupakan sepupu David. Kevin pernah menyatakan cintanya kepada seorang gadis bernama Vita. Ia tidak pernah memperoleh jawaban dari pernyataan itu karena Vita pergi ke luar negeri, dan sebagai gantinya, ia menemukan sosok baru yang telah berhasil membuat hatinya tertaut: Fey.
David. Teman masa kecil Fey ini menyimpan perasaan suka terhadap Fey, dan perasaan itu tidak berubah hingga ia SMA. Saat menyadari bahwa Kevin ternyata juga "mengincar" Fey, ia lantas memilih untuk mundur dengan satu syarat: ia tidak akan tinggal diam apabila Kevin melukai Fey.
Vita. Cewek yang pernah ditembak David ini pindah ke Australia dua tahun lalu, dan saat ia kembali ke Indonesia sekarang, ia nampaknya tidak sadar jika telah menjadi penyebab keretakan hubungan Fey dan Kevin.
Karen dan Jenny. Keduanya adalah sahabat Fey. Karen menaruh rasa suka terhadap David, meskipun ia sedikit cemburu juga karena David seringkali terlihat lebih memperhatikan Fey.
Sky dan Angel. Kakak-kakak Fey. Sky adalah cowok, sementara Angel cewek. Keduanya sudah memiliki pacar, dan seringkali menjadi tempat curhat Fey terkait masalah cinta.
Pembahasan
Ada banyak kritik yang hendak saya sampaikan terhadap buku ini, tapi pertama-tama, mari kita mulai dari sampulnya. Jujur saja, saya jarang mengomentari sampul depan, tapi saat melihat buku ini, ada satu hal yang tercetus di benak saya. Maksudnya begini: bukankah judul bukunya adalah Be My Fairy? Lantas kenapa tidak ada ilustrasi fairy di situ? Sepertinya, pihak designer harus mempertimbangkan judul saat hendak membuat desain sampul.
Kemudian, pemilihan nama. Saya tahu kalau saya berkali-kali berkata nama adalah hak prerogatif pengarang, tapi tak ada salahnya kalau saya mengomentarinya, kan? Pilihan nama karakter yang disesuaikan dengan judul sepertinya kok terkesan "ganjil" ya? Seperti FTV saja. Meskipun begitu, saya tidak hendak berbicara mengenai nama Fairy, tapi saya lebih menekankan pada nama David dan Kevin. I mean, keduanya adalah nama yang sangat umum dan mirip (huruf "v"-nya itu, loh), sehingga saya harus berulang kali mengecek mana yang sebenarnya menjadi pacar Fey sebelum ahirnya lama-kelamaan saya berhasil mengingatnya.
Lantas, plothole. Saya mendeteksi ada tiga plothole di sini. Yang pertama halaman 35:
"Oke, gue emang tertarik sama Fairy. Alasan kedua gue pindah ke sini juga biar gue bisa ketemu dia setiap hari..."
Kemudian halaman 91:
"... Nggak tahu, Sky. Aku cuma ingin ketemu dia. It's that alright?"
Kemudian halaman 101:
"Nggak tau kenapa, waktu aku baca SMS kamu, aku sempet berpikir kamu pasti cewek asyik dan unik. Nggak tahu kenapa...iseng nyimpen nomor HP kamu..."
Logika dari ketiga kalimat ini bisa dikatakan lumayan lemah. Bagaimana bisa Kevin meninggalkan sekolah lamanya cuma semata karena Fey (meskipun tidak menutup kemungkinan seperti itu)? Kemudian, bagaimana bisa Fey tiba-tiba ingin ketemu Kevin, dan bagaimana bisa Kevin tiba-tiba merasa ingin menyimpan nomor itu? Sebenarnya sih, dalam kehidupan nyata, semuanya bisa terjadi, tapi ada baiknya jika dijelaskan alasannya.
Di samping itu, halaman 55 sepertinya agak sedikit "mengganjal". Saya katakan mengganjal karena agak risi saja melihat satu halaman dipenuhi dengan monolog sang pembawa acara Forever Love, DJ Stey. Hal yang minor dan mungkin subjektif, tapi akan lebih baik kalau diselingi sedikit narasi.
Di samping kesemua kritik kecil di atas, ada sebuah hal besar yang mengganggu pikiran saya: penggunaan sudut pandang orang ketiga serba tahu yang kurang matang. Saya merasa keputusan Amelia untuk menggunakan sudut pandang jenis itu tidaklah dieksekusi dengan baik. Akibatnya, alur jadi terlihat melompat-lompat dan tidak fokus. Bahkan bisa dikatakan bahwa transisi antarsudutpandang tidak begitu kentara sehingga berpotensi membuat bingung pembaca. Ada juga kelemahan lain; sudut pandang dari karakter sampingan macam Karen (dan diary-nya) atau Sky tampaknya justru mengganggu jalannya cerita.
Kritik terakhir adalah penggunaan petikan lagu. Petikan-petikan itu terlihat berceceran di mana-mana sehingga justru acapkali—meskipun tidak selalu—menjadi sebuah interupsi.
Kemudian, tidak adil, dong, kalau saya berbicara mengenai kelemahan buku ini tapi tidak menunjukkan kebaikannya? Yang pertama adalah pengetahuan Amelia yang cukup baik terhadap breakdance. Meskipun tidak begitu detail, tapi hal itu bisa menjadi poin plus.
Kedua, cara penembakkan yang kreatif. Saya menemukan tiga adegan penembakkan di sini, dan dua di antaranya, harus saya akui, menakjubkan. Saat Kevin menembak Fey dengan mawar pink dan David menembak Karen dengan mawar putih dan bunga matahari...hm, meskipun klise, tapi cukup menyenangkan untuk dibaca, kok.
Kemudian, kemampuan lebih pengarang dalam bertutur. Saya kagum pada kepiawaian Amelia merangkai kata untuk menunjukkan apa yang tengah dirasakan karakter utama dengan cara menghubungkannya dengan sayap seperti yang dituliskan di sampul belakang (hal. 28, 98, 214). Meskipun penjabaran mengenai satu sayap untuk lelaki dan satu untuk perempuan itu sebenarnya bisa digunakan lebih banyak, tapi itu cukup, kok! Di samping itu, saya suka bagaimana pengarang membuka beberapa bab dan menutup cerita (maksudku di sini adalah bab 16). Pembukaan di Bab 13 (hal. 159) menjadi favorit saya.
Terakhir, saya suka bagaimana cara Fey memutuskan Kevin (hal. 152). Tidak secara langsung, tapi justru itulah yang menjadi kelebihannya.
Oh, ya, saya juga ingin sedikit menomentari tentang ending. Bab terakhir buku ini tidak dilihat dari sudut pandang karakter utama (Fey), melainkan dari karakter lain. Berita buruknya adalah hal ini justru "merusak" suasana yang sudah dibangun di bab sebelumnya (bab 16). Saya tidak menganganggap bab terakhir ini terpisah dari bab sebelumnya karena berupa "bab" (dan bukannya epilog), jadi seharusnya, bab terakhir ini menjadi pamungkas kisah Fairy. Berita baiknya adalah pengarang membuka kesempatan untuk membuat kisah lain dengan salah satu karakter dari novel ini. Kita tunggu saja, ya.
Penilaian? Secara keseluruhan, novel ini sebenarnya tidak buruk, cenderung bagus malah. Alurnya memang sedikit terdistraksi sebagai efek dari sudut pandang, tapi apabila dilihat secara utuh, oke, kok. Konfliknya lumayan meskipun sedikit klise. Lebih-lebih gaya bahasanya, not bad at all di beberapa tempat. Kalau kamu suka cerita dengan konflik berupa cinta segitiga, maka buku ini mungkin bisa kamu coba untuk nikmati.
"dikutip dari http://teenlitscope.blogspot.com/"
0 komentar:
Posting Komentar